Di
antara hutan tembok Jakarta
beruntunglah masih tersedia hutan bakau (mangrove) di pesisir utaranya. Suaka
Margasatwa Muara Angke (SMMA) adalah rumah bagi beraneka jenis burung dan
satwa yang kini pastinya sulit ditemukan kembali di wilayah Jakarta.
Kawasan
sekira 25.02 ha ini telah ditetapkan sebagai kawasan suaka alam sejak 1939
dengan status cagar alam. Berikutnya berubah status menjadi suaka margasatwa
sejak tahun 1998. Inilah kawasan konservasi yang edukatif dan akan menggugah
kesadaran tentang pelestarian lingkungan.
Mengapa hutan mangrove atau hutan bakau
begitu penting? Jenis hutan ini sangat unik karena gabungan tumbuhan darat dan
laut. Ciri tumbuhannya memiliki akar menonjol yang dipengaruhi pasang surut air
laut. Hutan mangrove sangat penting bagi kehidupan manusia karena berfungsi
melindungi daratan dari terjangan ombak, mencegah abrasi, dan mencegah intrusi
air laut jauh ke daratan.
Dengan didampingi oleh Pak Resi Jati dan
Ibu Mila dari BKSDA DKI Jakarta, teman-teman dari kemangteer Jakarta dan gue
nih memperoleh kesempatan untuk menelusuri SMMA dan melakukan tambal sulam
tanaman yang mati dengan menggantinya dengan bibit yang baru. Jarang-jarang
bisa dapet izin masuk ke kawasan itu, thanks God banget buat Pak Reza Ramadhan
yang udah berjuang mengusahakan teman-teman kemangteer buat bisa melakukan
mangroving di sana
Tercatat sekitar 30 jenis tumbuhan dan 11 di antaranya adalah jenis pohon, yang hidup di SMMA. Pohon-pohon mangrove itu di antaranya adalah jenis-jenis bakau (Rhizophora mucronata, R. apiculata), api-api (Avicennia spp.), pidada merah (Sonneratia caseolaris), dan nipah (Nypa fruticans). dan kayu buta-buta (Excoecaria agallocha). Beberapa jenis tumbuhan asosiasi bakau juga dapat ditemukan di kawasan ini seperti ketapang (Terminalia catappa)
![]() |
Menikmati SMMA bisa dari atas menara yang bangun di antara pohon pidada merah |
![]() |
Nipah, salah satu mangrove yang banyak tumbuh di SMMA |
Selain jenis-jenis di atas, terdapat pula beberapa jenis pohon yang ditanam untuk reboisasi. Misalnya asam Jawa (Tamarindus indica), bintaro (Cerbera manghas), kormis (Acacia auriculiformis), nyamplung (Calophyllum inophyllum), tanjang (Bruguiera gymnorrhiza), dan waru laut (Hibiscus tiliaceus).
Bukan sekadar kawasan konservasi tetapi Anda dapat pula melihat hewan-hewan yang masih pemalu dan reaktif. Bagi penggemar fotografi maka berburulah burung bukan untuk ditembaki tetapi ditangkap keindahannya dengan lensa kamera Anda. Apabila beruntung bisa saja bertemu burung langka endemik jawa yaitu bubut jawa (Centropus nigrorufus) dimana jumlahnya tidak lebih dari 10 ekor.
![]() |
Seorang Ibu dan Anaknya di antara dahan Sonneratia caseolaris |
![]() |
Seekor monyet ekor panjang & anaknya, sang penghuni SMMA |
![]() |
bibit mangrove Rhizopora sp. |
Terdapat sekitar 91 jenis burung meliputi 28 jenis burung air dan 63 jenis burung hutan, 17 jenis di antaranya adalah jenis burung yang dilindungi. Ada pula monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) bergelantungan di pepohonan , nah si monyet ini banyak banget dan selalu siap bergaya ala ala model begitu disodori kamera dan katanya di bawah jembatan di area basah mangrove di dalamnya terdapat berbagai spesies reptilian, ( beruntung waktu itu ga nemuin buaya hehehe)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar