tembakau

tembakau

Senin, 06 Oktober 2014

SUAKA MARGASATWA MUARA ANGKE



Di antara hutan tembok Jakarta beruntunglah masih tersedia hutan bakau (mangrove) di pesisir utaranya. Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) adalah rumah bagi beraneka jenis burung dan satwa yang kini pastinya sulit ditemukan kembali di wilayah Jakarta.
Kawasan sekira 25.02 ha ini telah ditetapkan sebagai kawasan suaka alam sejak 1939 dengan status cagar alam. Berikutnya berubah status menjadi suaka margasatwa sejak tahun 1998. Inilah kawasan konservasi yang edukatif dan akan menggugah kesadaran tentang pelestarian lingkungan.



Mengapa hutan mangrove atau hutan bakau begitu penting? Jenis hutan ini sangat unik karena gabungan tumbuhan darat dan laut. Ciri tumbuhannya memiliki akar menonjol yang dipengaruhi pasang surut air laut. Hutan mangrove sangat penting bagi kehidupan manusia karena berfungsi melindungi daratan dari terjangan ombak, mencegah abrasi, dan mencegah intrusi air laut jauh ke daratan.

Dengan didampingi oleh Pak Resi Jati dan Ibu Mila dari BKSDA DKI Jakarta, teman-teman dari kemangteer Jakarta dan gue nih memperoleh kesempatan untuk menelusuri SMMA dan melakukan tambal sulam tanaman yang mati dengan menggantinya dengan bibit yang baru. Jarang-jarang bisa dapet izin masuk ke kawasan itu, thanks God banget buat Pak Reza Ramadhan yang udah berjuang mengusahakan teman-teman kemangteer buat bisa melakukan mangroving di sana

Vegetasi awal di SMMA adalah hutan mangrove pantai utara Jawa, dengan keanekaragaman jenis yang cukup tinggi. Akan tetapi akibat tingginya tingkat kerusakan hutan di wilayah ini, saat ini diperkirakan hanya tinggal 10% yang tertutup oleh vegetasi berpohon-pohon. Sebagian besar telah berubah menjadi rawa terbuka yang ditumbuhi rumput-rumputan, gelagah (Saccharum spontaneum) dan eceng gondok (Eichchornia crassipes). (Note : memang sesuai namanya, tuh taneman emang bikin gondok merusak suasana konservasi SMMA )
Tercatat sekitar 30 jenis tumbuhan dan 11 di antaranya adalah jenis pohon, yang hidup di SMMA. Pohon-pohon mangrove itu di antaranya adalah jenis-jenis bakau (Rhizophora mucronata, R. apiculata), api-api (Avicennia spp.), pidada merah (Sonneratia caseolaris), dan nipah (Nypa fruticans). dan kayu buta-buta (Excoecaria agallocha). Beberapa jenis tumbuhan asosiasi bakau juga dapat ditemukan di kawasan ini seperti ketapang (Terminalia catappa
Menikmati SMMA bisa dari atas menara yang bangun di antara pohon pidada merah
 
Nipah, salah satu mangrove yang banyak tumbuh di SMMA

Selain jenis-jenis di atas, terdapat pula beberapa jenis pohon yang ditanam untuk reboisasi. Misalnya asam Jawa (Tamarindus indica), bintaro (Cerbera manghas), kormis (Acacia auriculiformis), nyamplung (Calophyllum inophyllum), tanjang (Bruguiera gymnorrhiza), dan waru laut (Hibiscus tiliaceus).
Bukan sekadar kawasan konservasi tetapi Anda dapat pula melihat hewan-hewan yang masih pemalu dan reaktif. Bagi penggemar fotografi maka berburulah burung bukan untuk ditembaki tetapi ditangkap keindahannya dengan lensa kamera Anda. Apabila beruntung bisa saja bertemu burung langka endemik jawa yaitu bubut jawa (Centropus nigrorufus) dimana jumlahnya tidak lebih dari 10 ekor.
Seorang Ibu dan Anaknya di antara dahan Sonneratia caseolaris

Seekor monyet ekor panjang & anaknya, sang penghuni SMMA

bibit mangrove Rhizopora sp.

Terdapat sekitar 91 jenis burung meliputi 28 jenis burung air dan 63 jenis burung hutan, 17 jenis di antaranya adalah jenis burung yang dilindungi. Ada pula monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) bergelantungan di pepohonan , nah si monyet ini banyak banget dan selalu siap bergaya ala ala model begitu disodori kamera dan katanya di bawah jembatan di area basah mangrove di dalamnya terdapat berbagai spesies reptilian, ( beruntung waktu itu ga nemuin buaya hehehe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar